Jumat, 24 Juni 2011

Majaz dan Pembagiannya

MAJAS

Majas pada garis besarnya ada dua jenis, yaitu: majaz lughowi dan majas aqli. Majaz lughowi adalah majaz yang ‘alaqahnya ditinjau dari aspek bahasa. Sedangkan majaz ‘aqli adalah penisbatan suatu kata fi’il (kata kerja) kepada fa’il yang tidak sebenarnya.
1. Majaz Lughowi
Majaz lughowi adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya di dasarkan pada aspek bahasa. Majaz ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: majaz isti’arah dan majaz mursal.
• Majaz Mursal
Majaz mursal ialah majaz yang ‘alaqahnya ghair musyabbahah (tidak saling menyerupai). ‘Alaqah antara musta’ar minhu-nya dalam bentuk hal-hal berikut ini:
a. Sababiyyah (سببية)
Sababiyyah adalah salah satu indikator majaz mursal. Pada majaz ini indikatornya adalah:
إطلاق السبب وإرادة المسبب
Artinya:
“Menyebutkan sebab sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu yang disebabkan.”
Contoh:
عظمت يد فلان عندى
Artinya:
“Sesungguhnya besar tangan si Fulan di sisiku.”
Pada ungkapan majaz tersebut yang disebut adalah kata” يد “, sedangkan yang dimaksud adalah “النعم” yakni nikmat yang disebabkan oleh tangan.

b. Musababiyah(المسببية)
Indikator kedua untuk majaz mursal adalah musababiyah. Pengertian musababiyah adalah:
إطلاق المسبب وإرادة السبب
Artinya:
“ Menyebutkan sesuatu yang disebabkan, sedangkan yang dimaksud adalah sebabnya.”
Contoh:
أمطرت السماء نباتا
Artinya:
“ Langit mengucurkan tanaman.”
Pada ungkapan majaz di atas disebutkan akibatnya yaitu “نباتا”. Sedangkan yang dimaksudkannya adalah “الماء” .
c. Juziyyah (جزئية)
Konsep juzziyah sebagai indicator majaz mursal adalah:
إطلاق الجزء وإرادة الكل
Artinya:
”Menyebutkan bagian dari sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah keseluruhannya.”
Contoh:
أرسلت العيون لتطلع أحوال العدو
Artinya:
“Saya mengirim mata-mata untuk mengamati keadaan musuh.”
Istilah juziyyah dalam linguistic umum disebut majaz pars prototo.
d. Kuliyyah (كلية)
Kuliyyah sebagai indicator majaz mursal dalam ilmu balaghoh di definisikan sebagai:
إطلاق الكل وإرادة الجزء
Artinya:
“Menyebutkan sesuatu keseluruhannya sedangkan yang dimaksudkannya adalah sebagiannya.”
Majaz mursal jenis ini dalam linguistic umum disebut dengan istilah majaz Tootem Proparte.
e. I’tibaru ma Kaana (اعتبار ما كان)
I’tibaru ma kaana sebagai salah satu indicator majaz mursal adalah menyebutkan sesuatu yang telah terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang akan terjadi atau yang belum terjadi.
Contoh:
واتوا اليتامى أموالهم
“ Dan berikanlah kepada anak yatim harta benda mereka.”
Pada potongan ayat di atas terdapat kata “اليتامى” (anak yatim ). Maksud yang sebenarnya adalah “Berikanlah harta itu kepada anak yatim ketika mereka sudah dewasa” . Disebutkan kata “اليتامى” yaitu keadaan masa yang sudah lalu, tetapi yang dimaksud adalah masa berikutnya yaitu ketika anak itu sudah dewasa. Karena selama masa kecil (anak yatim ) tidak boleh menguasai harta benda itu.
f. I’tabaru ma yakunu(اعتبار ما يكون)
I’tabaru mayakunu adalah salah satu indicator majaz mursal yang bentuknya berupa menyebutkan sesuatu dengan keadaan yang akan terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah keadaan sebelumnya.(اطلاق مايكون وإرادة ماكان)

Contoh:
ودخل معه السجن فتيان قال أحدهما إني أرانى أعصر خمرا
“Kedua pemuda itu masuk kedalam penjara. Salah seorang dari mereka berkata, aku melihat dalam mimpi bahwa aku memeras arak.”
g. Mahaliyyah(محلية)
Mahaliyyah sebagai indicator majaz mursal adalah menyebutkan tempat sesuatu, sedangkan yang dimasudkannya adalah yang menempatinya. (إطلاق المحل وإرادة الحال)
Contoh:
قرر المجلس ذلك
Artinya:
“Majlis telah memutuskan demikian.”
Secara leterlek yang memutuskan adalah majlis, sedangkan yang dimaksudkannya adalah orang-orang yang menempati majlis.
h. Haliyyah (حالية)
Haliyah sebagai indikakor majaz mursal adalah menyebutkan keadaan sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang menempatinya. (إطلاق الحال إرادة المحل)
Contoh:
وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة الله هم فيها خالدون.
Artinya:
“Dan orang-orang yang wajahnya putih, mereka ada di dalam rahmat Allah. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ali Imron: 107)
Pada ayat di atas terdapat ungkapan “ففى رحمة”, sedangkan yang dimaksudkannya adalah tempatnya, yaitu syurga yang didalamnya ada rahmat.
i. Aliyah (ألية)
Aliyah sebagai salah satu indicator majaz mursal adalah apabila disebutkan alatnya, sedangkan yang dimaksudkannya adalah sesuatu yang dihasilkan oleh alat tersebut.
Contoh:
ووهبنالهم من رحمتنا وجعلنا لهم لسان صدق عليا
Artinya:
“Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buat tutur yang baik dan mulia.” (QS. Maryam: 50)Pada ayat di atas terdapat ungkapan “لسان صدق”. Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna “lisan yang jujur”. Sedangkan maksudnya adalah bahasa yang jujur atau baik. Penggunaan alat لسان untuk maksud اللغة dinamakan majaz mursal.
2. Majaz ‘Aqli
Majaz aqli adalah menyandarkan fi’il (kata kerja) atau yang semakna dengannya kepada yang bukan seharusnya karena ada ‘alaqah (hubungan) serta adanya Qorinah yang mencegah dari penyandaran yang sebenarnya.
Penyandaran fi’il atau yang semakna dengannya dilakukan kepada sebabnya, waktunya, tempatnya, masdarnya, mabni fa’il kepada maf’ul, dan mabni maf’ul kepada fa’il. Berikut contoh-contoh yang mengandung majaz aqli.
a. Penyandaran fi’il kepada sebab
Contoh:
1 . بنى عمرو ابن العاص مدينة فصطاط
Artinya:
“Amr bin Ash membangun kota Fushat.”
2. ويمشى به العكاز في الدير تائبا # وقد كان يأبى مشيى أشقر أجرد
Artinya :
“Tongkat yang bermata lembing itu berjalan-jalan dirumah pendeta bersamanya untuk berobat. Padahal semula ia tidak rela melihat larinya kuda blonde yang pendek larinya.”
Pada kedua contoh diatas terdapat ungkapan majaz aqli. Pada contoh pertama, terjadi penisbatn kata kerja “بنى” kepada عمرو ابن العاص, yang bukan sebenarnya. Yang membangun kota Fusthath yang sebenarnya adalah para insinyur dan para pekerja. Namun demikian, Amr bin Ash adalah orang yang memerintahkan pembangunan kota tersebut. ‘Alaqoh antara musnad dan musnad ilaihnya adalah sababiyah. Demikian juda penisbatan jalan kepada tongkat termasuk kategori majaz aqli.
b. Penisbatan kepada waktu
Contoh :
نهار الزاهد صائم و ليله قائم
Artinya:
“Seorang Zahid itu siangnya berpuasa, sedangkan malamnya shalat.”
Pada contoh diatas shaum dinisbatkan kepada siang, dan shalat malam dinisbatkan pada malam. Ini juga sebenarnya penisbatan yang tidak tepat. Namun demikian antara hal-hal tersebut terdapat ‘alaqoh, yaitu penisbatan pada waktu.
c. Penisbatan kepada tempat
ازدحمت شوارع القاهرة
Artinya:
“Jalan-jalan di Kairo padat.”



d. Penisbatan kepada masdar
جدّ جدّ ك و كدّ كدّك

Artinya:
“Bersungguhsungguhlah dan bersusah payahlah.”
e. Mabni maf’ul disandarkan kepada isim fa’il
حجابا مستورا
Artinya:
“Suatu dinding yang tertutup.”
f. Mabni fa’il kepada isim maf’ul
إنه كان وعده مأتياّ
Artinya:
“Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.”








Daftar Pustaka

Bek Dayyab, Hifni, dkk. 2007. “Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Shorof, Balaghah, Bayan, Ma’ani, Bade’)”. Jakarta: Darul Ulum Press.
Zaenuddin, Mamat, dan Nurbayan, Yayan. 2007. “Pengantar Ilmu Balaghah”. Bandung: PT. Refika Aditama.

1 komentar:

  1. The Lucky Club - LuckyClub Live
    Get all the details on The Lucky Club Casino. Enjoy all the latest games, promotions and special offers on Lucky Club. From live games luckyclub to bonuses,  Rating: 4 · ‎Review by LuckyClub.me

    BalasHapus